Sukabumi, BBC Nusantara – Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Jawa Barat mengakibatkan banjir di berbagai titik.
Beberapa lokasi bahkan dilaporkan mengalami banjir bandang dengan arus yang cukup kuat, menyebabkan kerugian material yang signifikan.
Salah satu peristiwa banjir bandang yang menjadi perhatian publik terekam dalam video viral yang beredar di grup WhatsApp (WAG).
Video tersebut memperlihatkan dampak parah dari curah hujan tinggi yang melanda wilayah tersebut.
Dalam rekaman video tersebut, terlihat jelas bagaimana arus banjir yang kuat menghanyutkan sejumlah mobil. Sedikitnya, empat mobil terlihat terseret derasnya arus air dalam kejadian yang terekam itu.
Warga yang menyaksikan kejadian tersebut terdengar panik dan histeris. Suara teriakan warga yang melantunkan kalimat doa seperti “Allahu Akbar” dan “Astagfirullohaladzim” turut terekam, menggambarkan betapa mengerikannya situasi tersebut.
Tidak hanya di jalanan, banjir juga melanda kawasan pesisir pantai. Dalam video lain, terlihat air berwarna coklat dengan arus deras menghantam perahu-perahu nelayan yang sedang terparkir.
Kondisi ini membuat para nelayan tak dapat berbuat banyak. Informasi yang dihimpun menyebutkan banjir bandang ini terjadi di beberapa desa di Kabupaten Sukabumi.
Salah satu lokasi terdampak parah adalah Kampung Parungseah di Desa Curug Luhur, Kecamatan Sagaranten
Akun Instagram lokal, @hits.sukabumi, mengunggah informasi terkait banjir tersebut.
Dalam unggahannya pada Rabu (4/12/2024), disebutkan bahwa beberapa wilayah mengalami dampak yang cukup besar akibat intensitas hujan yang tinggi.
Banjir di kawasan Sukabumi ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur, termasuk jalan raya dan jembatan yang tak mampu menahan derasnya arus air.
Warga setempat diimbau untuk tetap waspada dan menghindari lokasi yang rawan banjir.
Pihak berwenang, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, telah bergerak cepat untuk mengevakuasi warga terdampak dan mendata kerugian yang ditimbulkan.
Bantuan darurat juga mulai disalurkan untuk meringankan beban para korban.
Peristiwa banjir ini kembali menjadi pengingat akan pentingnya pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana.
Bantuan darurat juga mulai disalurkan untuk meringankan beban para korban.
Peristiwa banjir ini kembali menjadi pengingat akan pentingnya pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana.
Intensitas hujan yang tinggi, ditambah kerusakan lingkungan, sering kali memperparah dampak bencana alam seperti banjir bandang.
BNPB: Banjir dan Longsor
Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) sebelumnya melaporkan bahwa banjir, tanah longsor dan pergerakan tanah melanda Kabupaten Sukabumi, Jabar. Peristiwa ini terjadi karena cuaca ekstrem yang melanda wilayah Kabupaten Sukabumi sejak Selasa (3/12/2024).
“Intensitas hujan yang tinggi memicu banjir, tanah longsor, dan pergerakan tanah yang meresahkan warga,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari. Dalam siaran persnya, Rabu (4/12/2024).
Meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, dampak bencana ini dirasakan di banyak kecamatan. Dilaporkan, banjir melanda tujuh kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Termasuk Kecamatan Ciemas, Palabuhan Ratu, dan Gegerbitung.
Selain itu, tanah longsor terjadi di 14 titik dengan dampak terbesar di Kecamatan Simpenan, Pelabuhan Ratu, dan Warungkiara.
“Cuaca ekstrem juga memengaruhi tujuh lokasi lainnya. Seperti Desa Sukaraja di Kecamatan Sukaraja dan Desa Benda di Kecamatan Cicurug,” ujarnya.
Kemudian, pergerakan tanah dilaporkan di empat lokasi. Termasuk Desa Sukamaju di Kecamatan Cikembar dan Desa Bantargadung di Kecamatan Bantargadung.
Ia menyampaikan BPBD Kabupaten Sukabumi bersama aparat setempat telah melakukan berbagai langkah penanganan. Termasuk koordinasi intensif, pendataan dampak kerusakan, dan pelaksanaan assessment di lokasi terdampak.
“Evakuasi di sejumlah titik kritis menjadi prioritas utama. Ini untuk memastikan keselamatan warga,” ujarnya.
Tim BPBD juga terus mendata kebutuhan logistik dan perlengkapan mendesak lainnya, guna mendukung proses penanganan dan pemulihan. Hingga saat ini, BPBD Kabupaten Sukabumi masih melakukan pendataan dan assessment dampak kerusakan di lapangan.
“Kondisi cuaca yang belum stabil. Mengharuskan tim tetap siaga mengantisipasi kemungkinan bencana lanjutan,” ucapnya.
BNPB mengimbau pemerintah daerah, khususnya di wilayah rawan terdampak bencana hidrometeorologi, untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Pemerintah daerah diminta untuk segera memeriksa kesiapan perangkat, personel, sumber daya, serta anggaran operasional guna menghadapi potensi darurat, langkah ini mencakup kesiapan alat berat, pompa air, dan kendaraan evakuasi. (pj/yss)