Manokwari, Papua Barat, BBC Nusantara – Mahkota Cendrawasih adalah nama kerajinan tangan khas orang Papua yang terbuat dari bulu burung Cendrawasih. Mahkota Cendrawasih telah menjadi simbol budaya yang melambangkan keindahan alam dan identitas masyarakat Papua.
Christian Fingkreuw dan Denada Meraudje, pemilik Rumah Usaha Mahkota Papua, yang berlokasi di Jalan Kawarmos No. 1, Kampung Bakaro Pantai, Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, menyatakan bahwa pembuatan mahkota ini sangat bernilai, baik secara budaya maupun ekonomi.
BBC Nusantara berkesempatan untuk bertemu dan mengobrol dengan keduanya di Rumah Usaha Mahkota Papua, di Manokwari, Jumat (8/11/2024).
Kerajinan khas Mahkota Cendrawasih tampak sangat menarik. Bulu-bulu burung Cendrawasih yang berwarna-warni menjadi bahan utama dalam pembuatan mahkota ini.
Para perajin terampil dari Papua menggunakan teknik tradisional untuk merangkai bulu-bulu tersebut dengan hati-hati, menciptakan mahkota yang menawan dan bernilai seni tinggi. Proses ini telah diwariskan secara turun-temurun, dan para perajin berperan penting dalam menjaga kelestarian keterampilan ini.
Mahkota Cendrawasih tidak hanya digunakan dalam berbagai upacara adat, tarian tradisional, dan acara budaya Papua, tetapi juga menjadi oleh-oleh yang sangat diminati wisatawan yang berkunjung ke Papua. Permintaan pasar untuk mahkota ini berlangsung sepanjang tahun, dengan kolektor seni dan wisatawan sebagai konsumen utama.
Sebagai salah satu produk unggulan Papua, pembuatan Mahkota Cendrawasih memberikan dampak positif terhadap ekonomi lokal.
Para perajin memilih bulu yang berkualitas tinggi dan merangkainya menggunakan kerangka dari serat tumbuhan atau bahan kokoh lainnya. Proses ini dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip konservasi, mengingat burung Cendrawasih adalah spesies yang dilindungi.
Harga mahkota Cendrawasih bervariasi, tergantung pada ukuran, desain, dan kualitas bulu yang digunakan. Harga untuk satu mahkota dapat mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Estimasi pendapatan per bulan dari produksi mahkota ini, menurut mereka, bergantung pada jumlah produksi dan permintaan pasar, terutama saat musim wisata tinggi.
Dengan potensi ekonomi yang signifikan, mahkota Cendrawasih menjadi simbol bukan hanya bagi identitas budaya, tetapi juga sebagai sumber mata pencaharian yang menguntungkan bagi masyarakat Papua. (ARK/yss)