Jakarta, BBC Nusantara – Tren gaya hidup modern yang terus berkembang membawa perubahan besar dalam pola keuangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Setiap generasi memiliki kebutuhan dan tantangan unik, termasuk dalam pengelolaan keuangan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi anak muda saat ini adalah maraknya penggunaan pinjaman online (pinjol). Menyikapi fenomena ini, Bank Rakyat Indonesia (BRI) menghadirkan solusi strategis untuk membantu nasabah muda mengelola keuangan mereka secara lebih bijak.
Direktur Bisnis Konsumer BRI, Handayani, mengungkapkan bahwa tren Latte Factor menjadi salah satu penyebab utama anak muda kesulitan menabung.
“Latte Factor menggambarkan pengeluaran kecil seperti membeli kopi, langganan streaming, atau makanan kekinian. Meski tampak sepele, jika dijumlahkan, nilainya bisa signifikan dan mengganggu stabilitas keuangan,” jelas Handayani sebagaimana dikutip porosjakarta, Senin (18/11).
Minimnya literasi keuangan juga menjadi penyebab anak muda sering terjebak dalam gaya hidup boros. Akibatnya, meski memiliki penghasilan cukup, banyak dari mereka tidak memiliki tabungan, dana darurat, maupun investasi.
Handayani menekankan pentingnya perencanaan keuangan sejak dini. Ia menyarankan untuk mulai dari hal sederhana, seperti membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
“Kebutuhan adalah hal mendasar yang harus dipenuhi untuk hidup, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang tidak mendesak, seperti barang bermerek atau gadget terbaru,” tambahnya.
Fenomena pinjol juga menjadi perhatian utama. Berdasarkan data OJK, sekitar 12% karyawan dan pelajar, yang didominasi generasi muda, terjebak dalam pinjol. Kemudahan akses teknologi dan persyaratan yang ringan menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Handayani menjelaskan bahwa pinjol sering menawarkan proses pengajuan cepat dan instan, yang menarik bagi mereka yang tidak siap menghadapi kebutuhan mendesak Selain itu, gaya hidup konsumtif memperburuk pengelolaan keuangan.
Meski menjadi tantangan, maraknya pinjol juga membuka peluang bagi industri perbankan untuk bertransformasi digital.
“Bank harus mengembangkan layanan fintech seperti mobile banking atau aplikasi pinjaman digital untuk bersaing dengan platform pinjol,” ujar Handayani.
Sebagai respons, BRI meluncurkan BRIGuna Digitalmelalui aplikasi BRImo, yang menawarkan lebih dari 100 fitur.
Aplikasi ini tak hanya mencakup layanan perbankan, tetapi juga terintegrasi dengan ekosistem digital seperti belanja online, transportasi, dan hiburan, yang menarik bagi pengguna muda.
BRImo juga menyediakan fasilitas kredit konsumtif dan produktif dengan pengajuan cepat hanya dalam 15 menit, bunga kompetitif, dan akses 24/7.
Fitur ini dirancang untuk memberikan kemudahan sekaligus edukasi tentang pengelolaan keuangan yang bijak.
Selain menghadirkan layanan digital, BRI secara aktif menjalankan program edukasi keuangan ke berbagai segmen masyarakat, termasuk generasi muda.
“Kami rutin mengunjungi universitas untuk meningkatkan pemahaman anak muda mengenai pengelolaan keuangan, termasuk memilih instrumen investasi yang tepat dan menghindari jebakan pinjol,” tutup Handayani.
Dengan berbagai strategi tersebut, BRI tidak hanya memberikan solusi finansial, tetapi juga berkomitmen meningkatkan literasi keuangan generasi muda agar lebih siap menghadapi tantangan ekonomi modern. (pj/yss)