BBC Nusantara, Sangatta – Di usia 64 tahun, Uyang, warga Desa Sangkima, Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, masih memikul beban berat demi masa depan anaknya. Ijazah Wulan, putri tercinta yang lulus dari sebuah sekolah swasta keperawatan di Sangatta pada 2024, hingga kini tertahan di sekolah. Bukan karena masalah administrasi rumit, melainkan sisa biaya Rp5 juta yang belum terbayar.
“Totalnya Rp8 juta. Saya sudah bayar Rp3 juta, sisanya masih saya kumpulkan pelan-pelan,” ujar Uyang, Minggu (10/5/2025), di rumahnya yang sederhana di Jalan Trans Kaltim Kilometer 18.
Setiap hari, ia memungut limbah kayu ulin dari hutan-hutan Taman Nasional Kutai (TNK). Potongan kayu itu diolah menjadi cobek khas Dayak, dijual Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per buah. Dari keringat di tengah terik dan lelah di tengah hutan, ia berharap rupiah demi rupiah terkumpul.
Keadaan ini membuat Wulan harus menahan cita-citanya. Tanpa ijazah, ia sulit melamar pekerjaan di bidang kesehatan. Kini, ia bertahan hidup dengan menjadi pengemudi ojek online dan kurir di Sangatta. “Saya hanya ingin Wulan bisa memegang ijazahnya, supaya masa depannya lebih baik,” kata Uyang sedih
Bagi sebagian orang, Rp5 juta mungkin hanya angka kecil. Namun bagi Uyang, itu adalah perjuangan panjang—setiap lembar uang hasil dari keringat dan kerja keras tanpa kenal lelah. “Kalau ada yang tergerak membantu, saya akan sangat bersyukur. Biar Wulan bisa melangkah ke masa depan yang lebih layak,” harapnya.(sr/*)
HASTAGE:
#KutaiTimur
#TebusIjazah
#BantuUyang
#PendidikanUntukAnak
#CeritaInspiratif