Tidak ada yang menyangka kalau film Law and the City yang judulnya terdengar seperti gabungan novel hukum dan telenovela perkotaan ternyata menyelipkan sesuatu yang jauh lebih familiar bagi generasi yang hidup dari notifikasi: Mahjong Ways 2.
Tiba-tiba saja, di tengah adegan sidang yang tegang, satu karakter utama duduk lemas, membuka ponsel, dan cling… scatter hitam turun. Bukan mimpi, bukan metafora. Tiga ikon gelap turun dari atas layar. Bukan di kantor hukum, tapi di dunia yang lebih sering dikunjungi orang zaman sekarang: layar kecil 6 inci dengan sinyal pas-pasan.
Penonton bingung. Sebagian senyum simpul. Sisanya langsung ngecek ponsel sendiri. "Masih ada saldo nggak ya?"
Scatter hitam bukan cuma fitur. Dia udah jadi semacam “penentu nasib” yang muncul di waktu-waktu absurd. Pagi buta. Saat lagi sedih. Atau pas saldo dompet digital cuma sisa tiga digit. Dan anehnya, makin nggak niat modal, makin sering dia muncul.
Yang tahu rasanya pasti paham. Bukan sekadar koin berhamburan, tapi kayak dikasih kode oleh semesta. Bahwa walau hidup absurd, kamu masih pantas dikasih hoki. Apalagi kalau modalnya dana gratisan. Entah dari promo belanja, refund transportasi yang kelamaan, atau tebak skor bola yang nggak kamu niatkan menang.
Di banyak komunitas, scatter hitam ini dipercaya lebih peka daripada sistem hukum itu sendiri. Dia bisa merasa. Dia bisa muncul hanya karena kamu butuh, bukan karena kamu pantas. Dan di dunia yang makin banyak aturannya, itu rasanya melegakan.
Adegan singkat Mahjong Ways 2 di Law and the City mungkin cuma pengisi. Tapi justru itu yang bikin dia berasa jujur. Karena faktanya, banyak orang sekarang lebih sering berharap dari layar HP daripada dari institusi resmi.
Satu cling bisa bikin orang percaya hari itu masih ada artinya. Satu scatter hitam bisa lebih menyentuh daripada vonis bebas atau bersalah. Dan siapa yang menyangka bahwa game ubin-ubin Cina ini bisa jadi semacam pengganti doa buat generasi yang makin malas berdoa?
Mungkin itu juga yang dirasakan penulis naskah film ini. Bahwa kadang keadilan bisa hadir lewat bentuk yang nggak konvensional. Dan bahwa kemenangan personal bisa terjadi di ruang yang sama sekali nggak disangka.
Kita sering kali nggak percaya hukum, tapi tetap baca berita hukum. Kita tahu scatter hitam itu algoritma, tapi tetap tunggu cling kayak nunggu pertolongan. Karena apa? Karena hidup makin abstrak, dan kita butuh sesuatu yang terasa nyata, walau cuma digital.
Law and the City, lewat Mahjong Ways 2, mungkin nggak nyuruh kita main. Tapi diam-diam, dia mengakui: ini zaman di mana orang cari harapan dari tempat yang nggak lazim. Bukan di ruang pengadilan, tapi di notifikasi dana masuk. Bukan lewat keadilan sosial, tapi dari keberuntungan digital.
Scatter hitam itu bukan solusi. Tapi setidaknya, dia bisa bikin orang berhenti sejenak dari kegilaan. Dan percaya, meski sesaat, bahwa ada sesuatu di luar sana yang masih berpihak. Walaupun bentuknya cuma tiga ikon hitam yang turun dari atas layar, dan bunyi cling yang nggak pernah bosan didengar.